Translate

Rabu, 28 Februari 2018

Waktu Yang Tak Berdetik Lagi

Aku takut ketika waktu itu tiba
Waktu dimana aku belum mempersiapkan apa-apa 
Seketika gejolak hati berdatangan silih berganti 
Menjadikan hati ini semakin kacau
Kacau sekali

Aku takut jika waktu itu benar-benar tiba
Atau sudah tiba
Tuhan.. 
Aku takut
Takut sekali 
Harus bagaimana aku menghadapinya? 

Jika Kau belum menurunkan waktu itu
Jika Kau masih memberiku waktu
Biarkan aku mengunjungiMu sesering mungkin 
Hingga jika waktu itu telah benar-benar tiba
Aku sudah siap



Sidoarjo, 28 Februari 2018
(Ketika suaraMu kembali kudengar)

Minggu, 25 Februari 2018

Cepat Pulang

Apakah kau tau jika ada yang sedang menunggumu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang menantimu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang memikirkanmu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang mengkhawatirkanmu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang merindukanmu?
Apakah kau tau?
Apakah kau tau nak?
Nak?

Ada yang sedang menunggumu disini!
Ada yang sedang menantimu disini!
Ada yang sedang memikirkanmu disini!
Ada yang sedang mengkhawatirkanmu disini!
Ada yang sedang merindukanmu disini!
Nak? 

Cepatlah pulang!
Cepat-cepatlah pulang! 
Sebelum senja datang
Sebelum langit hitam datang
Sebelum waktu berhenti berdentang
Tolong! 
Nak? 
Cepatlah pulang! 



Sidoarjo, 25 Februari 2018
(Senja hampir tiba) 

Kamis, 22 Februari 2018

Mati Satu Tumbuh Seribu

Ada peribahasa yang berkata "Mati satu tumbuh seribu". Aku sebenarnya tidak benar-benar tau arti dari peribahasa tersebut, tidak benar-benar tau bukan berarti tidak tau sama sekali. Beda. Tidak benar-benar tau berarti tau maksudnya tapi tidak menyeluruh. Maaf jadi mbulet kan ya akhirnya.

Oke, di pemikiranku "Mati satu tumbuh seribu" berarti akan ada yang hilang dan setelah itu pasti akan ada yang datang. Namun, tidak selamanya peribahasa itu benar. Akan ada saat dimana yang hilang itu tidak akan ada penggantinya. Mungkin ada penggantinya tapi tidak akan benar-benar bisa mengisi posisi yang sebelumnya. Mau contoh? Ada contohnya. 

Seorang yang biasanya kau panggil "Ibu" atau "Bapak" itu adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang ada. Ada beberapa orang yang beruntung karena mereka masih memiliki kedua panggilan tersebut. Namun ada juga yang kurang beruntung. Ada yang hanya memiliki salah satu dari kedua panggilan tersebut. Bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki kedua panggilan tersebut. Betapa bahagianya mereka yang masih mempunyai keduanya atau pun salah satunya. Pun betapa sedihnya mereka yang tidak mempunyai sama sekali.

Di antara itu mungkin ada yang mempunyai "Ibu tiri" atau "Bapak tiri", dan itulah yang sebenarnya yang aku maksud. Jika kamu sebagai pembaca sudah mengerti apa maksudku, selamat. Maka anda bisa menangkap apa isi hatiku yang sebenarnya. Tanpa kamu harus berfikir terlalu panjang. Cie..
Jika kamu belum tau apa yang aku maksud maka akan aku jabarkan lagi. Jangan berkecil hati. Haha. 

Bayangkan jika ibu kandung kamu suatu saat akan pergi dan tidak akan kembali lagi selamanya. Aku rasa pasti kamu akan sedih banget kan? Iya kan? 
Namun berlarut-larut tenggelam dalam keadaan bersedih juga tidak baik, ikhlaskanlah. Relakanlah. Aku tau itu tidak akan mudah bagimu, tapi sekali lagi ikhlaskanlah. 
Mungkin setelah kamu benar-benar mengikhlaskan akan ada sosok baru yang bisa kau sebut dengan "Ibu tiri".

Sekarang, ibumu kembali tapi bukan ibumu yang dulu. Ibu baru. Pasti rasanya juga akan berbeda walaupun ada sosok penggantinya. Itulah yang aku maksud teman. Maaf jika penjelasannya kurang jelas atau pun terlalu panjang. 
Maaf sekali. 

Disini aku akan memberi kesimpulan. Sayangilah mereka jika mereka saat ini masih ada karena tidak ada yang tau kapan mereka akan pergi. Dan karena tidak akan sama rasa yang hilang dengan rasa baru yang berusaha menggantikan rasa-rasa tersebut. 



Sidoarjo, 22 Februari 2018
(Rintik-rintik itu datang) 

Catatan Kecilku

Tak seperti pujangga, yang pandai berkata-kata.
Kata-kataku ringan, seringan kertas yang kau bawa.
Jadi, bukalah dan bacalah.
Tapi, jika kau tak minat, tak apa.
Aku tak akan memaksa.




Sidoarjo, 22 Februari 2018
(Kesepian yang menemani)