Perempuan inspiratif kali ini yang saya temui berasal dari wilayah Rengel Tuban. Sebut saja Bu Sutini. Walau umurnya sudah setengah abad lebih tapi beliau tetap giat bekerja. Beliau bekerja mulai umur 10 tahun. Pekerjannya kala itu berkeliling menjual makanan ringan. "Saya berhenti sekolah ketika naik kelas 6 SD" tuturnya. Alasannya dikarenakan tidak punya biaya. Pada tahun 1995 beliau merantau jauh ke negeri orang. "Malaysia" katanya. Beliau disana bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Setiap 2 tahun sekali beliau pulang, beliau menjalani profesinya selama 8 tahun. Setelah 8 tahun terlampaui beliau akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Hasil jerih keringat ketika di negeri orang akhirnya beliau bisa bangun rumah sendiri yang ditempatinya sampai sekarang. Beliau pun tetap bekerja. Beliau menjual nasi. Tiap jam 12 malam beliau harus bangun untuk memasak karena pada jam 4 pagi ada orang yang mau ambil masakannya untuk dijual kembali, sisanya beliau jual ke pasar. Pada akhirnya beliau mendengar ada PNM Mekaar. Beliau pun berminat lalu mengajak tetangganya dan terbentuklah kelompok. Kini beliau pun tak hanya menjual nasi tapi juga beraneka kue kering. Satu keinginan beliau yang belum terpenuhi, beliau pengen sekali punya rombong yang bisa beliau pakai untuk usahanya itu. Agar beliau bisa jualan di dekat rumahnya. Ya semoga keinginan Bu Sutini segera terkabul. Amin.
Catatan Kecilku
Aku menulis catatan, agar catatan itu bisa diingat juga dikenang-suatu saat nanti.
Translate
Sabtu, 07 Juli 2018
Jumat, 09 Maret 2018
Merindu
Dilan adalah film yang diadopsi dari novel karya Pidi Baiq. Kata-kata atau gombalan Dilan yang ringan membuat setiap wanita luluh karenanya terutama untuk Milea.
Ada salah satu gombalan Dilan yang terkenal banget sampai-sampai di media sosial berlomba-lomba membuat meme. Gombalannya gini "Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja." Siapa coba yang tidak luluh dengan gombalan seperti itu. Ya. Hanya Dilan yang bisa melakukannya.
Aku pun setuju dengan Dilan bahwa rindu itu berat. Berat sekali. Lebih berat rindu dari 1000 kg beras. Itu menurutku. Jika bagimu tidak ya terserah.
Bagiku Rindu itu seperti puzzle. Rindu yang bukan hanya satu tetapi banyak rindu dan terpecah-belah. Tidak ada yang dominan dari banyaknya rindu. Sekali lagi itu menurutku. Jika bagimu tidak ya terserah.
Lantas bagaimana agar semua rindu itu bisa utuh kembali seperti tadi kusebut puzzle yang terpecah-belah?
Jujur saja aku pun tidak tahu caranya. Jika kamu tahu bolehlah untuk sharing disini. Namun, jika kamu belum tahu marilah kita bersama-sama mencari tahu sampai akhirnya tahu.
Sebenarnya tak ada yang tahu pasti kapan rindu itu akan bermuara ditempatnya. Mungkin juga tak akan pernah. Hanya saja sekali-kali bolehlah kita berharap agar rindu itu akan segera bermuara layaknya pelangi yang senantiasa akan datang setelah hujan tiba. Nggak juga sih. Abaikan saja. Oke.
Bagiku Rindu itu seperti air. Mengalir terus menerus ke tempat yang lebih rendah dari tempatnya dan tidak ada yang tahu pasti kapan akan berhenti.
Sebenarnya Rindu itu kata yang sulit dijamah menurutku karena ini masalah hati. Jika ditanya rindu itu milik siapa maka aku akan jawab seperti ini.
"Rindu itu tak hanya milik Dilan.
Tapi milik semua orang.
Juga milikku." Itu jawabanku.
Tapi milik semua orang.
Juga milikku." Itu jawabanku.
Dan pada akhirnya semua ini kusebut sebagai rindu yang merindu.
Sidoarjo, 9 Maret 2018
(Hampir tengah malam, dan aku yang menahan kantuk)
Rabu, 28 Februari 2018
Waktu Yang Tak Berdetik Lagi
Aku takut ketika waktu itu tiba
Waktu dimana aku belum mempersiapkan apa-apa
Seketika gejolak hati berdatangan silih berganti
Menjadikan hati ini semakin kacau
Seketika gejolak hati berdatangan silih berganti
Menjadikan hati ini semakin kacau
Kacau sekali
Aku takut jika waktu itu benar-benar tiba
Atau sudah tiba
Tuhan..
Aku takut
Takut sekali
Harus bagaimana aku menghadapinya?
Jika Kau belum menurunkan waktu itu
Jika Kau masih memberiku waktu
Biarkan aku mengunjungiMu sesering mungkin
Hingga jika waktu itu telah benar-benar tiba
Hingga jika waktu itu telah benar-benar tiba
Aku sudah siap
Sidoarjo, 28 Februari 2018
(Ketika suaraMu kembali kudengar)
Minggu, 25 Februari 2018
Cepat Pulang
Apakah kau tau jika ada yang sedang menunggumu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang menantimu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang memikirkanmu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang mengkhawatirkanmu?
Apakah kau tau jika ada yang sedang merindukanmu?
Apakah kau tau?
Apakah kau tau nak?
Nak?
Ada yang sedang menunggumu disini!
Ada yang sedang menantimu disini!
Ada yang sedang memikirkanmu disini!
Ada yang sedang mengkhawatirkanmu disini!
Ada yang sedang merindukanmu disini!
Nak?
Cepatlah pulang!
Cepat-cepatlah pulang!
Sebelum senja datang
Sebelum langit hitam datang
Sebelum waktu berhenti berdentang
Tolong!
Nak?
Cepatlah pulang!
Sidoarjo, 25 Februari 2018
(Senja hampir tiba)
Kamis, 22 Februari 2018
Mati Satu Tumbuh Seribu
Ada peribahasa yang berkata "Mati satu tumbuh seribu". Aku sebenarnya tidak benar-benar tau arti dari peribahasa tersebut, tidak benar-benar tau bukan berarti tidak tau sama sekali. Beda. Tidak benar-benar tau berarti tau maksudnya tapi tidak menyeluruh. Maaf jadi mbulet kan ya akhirnya.
Oke, di pemikiranku "Mati satu tumbuh seribu" berarti akan ada yang hilang dan setelah itu pasti akan ada yang datang. Namun, tidak selamanya peribahasa itu benar. Akan ada saat dimana yang hilang itu tidak akan ada penggantinya. Mungkin ada penggantinya tapi tidak akan benar-benar bisa mengisi posisi yang sebelumnya. Mau contoh? Ada contohnya.
Seorang yang biasanya kau panggil "Ibu" atau "Bapak" itu adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang ada. Ada beberapa orang yang beruntung karena mereka masih memiliki kedua panggilan tersebut. Namun ada juga yang kurang beruntung. Ada yang hanya memiliki salah satu dari kedua panggilan tersebut. Bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki kedua panggilan tersebut. Betapa bahagianya mereka yang masih mempunyai keduanya atau pun salah satunya. Pun betapa sedihnya mereka yang tidak mempunyai sama sekali.
Di antara itu mungkin ada yang mempunyai "Ibu tiri" atau "Bapak tiri", dan itulah yang sebenarnya yang aku maksud. Jika kamu sebagai pembaca sudah mengerti apa maksudku, selamat. Maka anda bisa menangkap apa isi hatiku yang sebenarnya. Tanpa kamu harus berfikir terlalu panjang. Cie..
Jika kamu belum tau apa yang aku maksud maka akan aku jabarkan lagi. Jangan berkecil hati. Haha.
Bayangkan jika ibu kandung kamu suatu saat akan pergi dan tidak akan kembali lagi selamanya. Aku rasa pasti kamu akan sedih banget kan? Iya kan?
Namun berlarut-larut tenggelam dalam keadaan bersedih juga tidak baik, ikhlaskanlah. Relakanlah. Aku tau itu tidak akan mudah bagimu, tapi sekali lagi ikhlaskanlah.
Mungkin setelah kamu benar-benar mengikhlaskan akan ada sosok baru yang bisa kau sebut dengan "Ibu tiri".
Sekarang, ibumu kembali tapi bukan ibumu yang dulu. Ibu baru. Pasti rasanya juga akan berbeda walaupun ada sosok penggantinya. Itulah yang aku maksud teman. Maaf jika penjelasannya kurang jelas atau pun terlalu panjang.
Maaf sekali.
Disini aku akan memberi kesimpulan. Sayangilah mereka jika mereka saat ini masih ada karena tidak ada yang tau kapan mereka akan pergi. Dan karena tidak akan sama rasa yang hilang dengan rasa baru yang berusaha menggantikan rasa-rasa tersebut.
Sidoarjo, 22 Februari 2018
(Rintik-rintik itu datang)
Oke, di pemikiranku "Mati satu tumbuh seribu" berarti akan ada yang hilang dan setelah itu pasti akan ada yang datang. Namun, tidak selamanya peribahasa itu benar. Akan ada saat dimana yang hilang itu tidak akan ada penggantinya. Mungkin ada penggantinya tapi tidak akan benar-benar bisa mengisi posisi yang sebelumnya. Mau contoh? Ada contohnya.
Seorang yang biasanya kau panggil "Ibu" atau "Bapak" itu adalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang ada. Ada beberapa orang yang beruntung karena mereka masih memiliki kedua panggilan tersebut. Namun ada juga yang kurang beruntung. Ada yang hanya memiliki salah satu dari kedua panggilan tersebut. Bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki kedua panggilan tersebut. Betapa bahagianya mereka yang masih mempunyai keduanya atau pun salah satunya. Pun betapa sedihnya mereka yang tidak mempunyai sama sekali.
Di antara itu mungkin ada yang mempunyai "Ibu tiri" atau "Bapak tiri", dan itulah yang sebenarnya yang aku maksud. Jika kamu sebagai pembaca sudah mengerti apa maksudku, selamat. Maka anda bisa menangkap apa isi hatiku yang sebenarnya. Tanpa kamu harus berfikir terlalu panjang. Cie..
Jika kamu belum tau apa yang aku maksud maka akan aku jabarkan lagi. Jangan berkecil hati. Haha.
Bayangkan jika ibu kandung kamu suatu saat akan pergi dan tidak akan kembali lagi selamanya. Aku rasa pasti kamu akan sedih banget kan? Iya kan?
Namun berlarut-larut tenggelam dalam keadaan bersedih juga tidak baik, ikhlaskanlah. Relakanlah. Aku tau itu tidak akan mudah bagimu, tapi sekali lagi ikhlaskanlah.
Mungkin setelah kamu benar-benar mengikhlaskan akan ada sosok baru yang bisa kau sebut dengan "Ibu tiri".
Sekarang, ibumu kembali tapi bukan ibumu yang dulu. Ibu baru. Pasti rasanya juga akan berbeda walaupun ada sosok penggantinya. Itulah yang aku maksud teman. Maaf jika penjelasannya kurang jelas atau pun terlalu panjang.
Maaf sekali.
Disini aku akan memberi kesimpulan. Sayangilah mereka jika mereka saat ini masih ada karena tidak ada yang tau kapan mereka akan pergi. Dan karena tidak akan sama rasa yang hilang dengan rasa baru yang berusaha menggantikan rasa-rasa tersebut.
Sidoarjo, 22 Februari 2018
(Rintik-rintik itu datang)
Catatan Kecilku
Tak seperti pujangga, yang pandai berkata-kata.
Kata-kataku ringan, seringan kertas yang kau bawa.
Jadi, bukalah dan bacalah.
Tapi, jika kau tak minat, tak apa.
Aku tak akan memaksa.
Sidoarjo, 22 Februari 2018
(Kesepian yang menemani)
Kata-kataku ringan, seringan kertas yang kau bawa.
Jadi, bukalah dan bacalah.
Tapi, jika kau tak minat, tak apa.
Aku tak akan memaksa.
Sidoarjo, 22 Februari 2018
(Kesepian yang menemani)
Langganan:
Komentar (Atom)
